Thursday 10 September 2015

Tunjukkan Pada Saya Siapa Wahabi Itu?

Judul postingan ini "Tunjukan Pada Saya Siapa Wahabi itu?" adalah salah satu kalimat kesimpulan yang dilontarkan oleh Prof. Syahrizal Abbas, kepala dinas syariat Islam provinsi Aceh menanggapi pernyataan suatu kelompok di Aceh yang mengatakan adanya kepala SKPA yang beraliran Wahabi seperti diberitakan oleh sebuah portal berita online. Saya sangat sepakat dengan beliau, jika memang ada Wahabi, tunjukkan siapa wahabi itu?

Akhir-akhir ini Aceh memang sedang disibukkan sangat dengan Wahabi pasca insiden di Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh, Video Insidennya TONTON DISINI

Jujur, saya sendiri sedikit geli sebenarnya dengan kelompok-kelompok tertentu yang terlalu suka menuduh-nuduh orang lain. Merasa diri paling benar diatas segalanya.

Bahkan, Ustadz saya pun pernah dicap Wahabi oleh mereka, padahal beliau adalah seorang tokoh dan penceramah yang sangat disegani di kota Banda Aceh.

Tak ayal, gara-gara berkomentar dalam sebuah status facebook yang sedang membahas wahabi, saya pun mereka tuduh Wahabi hanya karena tak sependapat dengan mereka. Duh...sakitnya tuh dijempol...(Ceumeukam)

Lantas, siapa Wahabi itu ?

Entahlah, saya malas mendefinisikannya, bisa-bisa saya dituduh membela Wahabi pulak. Tapi yang jelas, nama Wahabi sendiri diisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab. Itu saja dari saya, untuk lebih jelas dan detailnya silahkan dicari sendiri dari sumber-sumber terpercaya pastinya.

Pemahaman sebagian orang di Aceh dan Indonesia saat ini, Wahabi adalah mereka yang berjenggot tebal, bercelana jingkrak, tidak baca qunut subuh, shalat tarawih cuma delapan rakaat, serta orang-orang yang tidak seide dan sependapat dengan mereka. Dan yang pasti lagi, Wahabi bagi mereka adalah semua yang berbau Arab, bahkan ulama-ulama dari Arab pun akan mereka cap Wahabi. Hupz....

Tapi hemat saya, Wahabi disini adalah orang-orang yang merasa diri paling benar. Sikit-sikit bid'ah, ini tak boleh, itu tak boleh dalam pandangan mereka terhadap umat Islam lain. Padahal yang mereka klaim itu semata hanyalah urusan khilafiyah, furu'iyah, bukan perkara pokok dalam Islam yaitu Aqidah.

siapa wahabi itu?


Siapa yang salah?

Selama masih dalam satu aqidah perkara-perkara khilafiyah hendaknya jangan terlalu dibesar-besarkan. Capek, takkan pernah ada habisnya. Contoh kasus perkara shalat tarawih 8 rakaat, yang A bilang ini yang B bilang itu, dua-duanya punya dalil masing-masing dan dua-duanya menyatakan diri benar. Artinya apa? perkara ini takkan pernah selesai sampai kiamat yang menyelesaikannya.

Setiap tahun umat Islam selalu diributkan dengan hal-hal yang sama seperti diatas. Saat bulan maulid datang, ribut lagi. Never Ending....Cappek ding...sementara umat lain diluaran sana terus berkembang.

Baca juga: Tiga Paham Ini Harus Dihindari Dalam Islam

Maka yang salah adalah mereka yang suka membid'ah-bid'ahkan orang lain, yang suka menyesat-nyesatkan orang lain dan yang suka menuduh orang lain gara-gara perkara khilafiyah.

Saya teringat sebuah kejadian dimana saat itu seorang Syeikh dari Arab di undang ke Aceh. Beberapa hari sebelum kedatangannya muncul tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Wahabi, ngapain ngundang Wahabi ke Aceh. Tapi saat Syeikh itu tiba di Aceh, tuduhan itu terbantahkan setelah sang ulama menjadi Imam Shalat Subuh berjamaah bersama masyarakat Aceh dan membaca Qunut. Artinya, sang Ulama sangat paham akan kondisi masyarakat Aceh yang selalu Qunut saat shalat subuh. Meski beliau bukan dari mazhab yang sama. Tapi saya kurang tau apa mereka yang menuduh itu ikut shalat subuh berjamaah atau masih terbuai dinginnya angin pagi.

Sama halnya dengan kisah Prof. Buya Hamka yang notabene adalah pembesar Muhammadiyah, seorang ulama lulusan timur tengah, tapi beliau selalu membaca qunut saat mengimami shalat di mayoritas NU dan tidak mempermasalahkan Ulama sekaliber KH. Abdullah Syafi'i dari NU yang mengumandangkan azan dua kali saat shalat jumat di lingkungan Muhammadiyah.

Perbedaan adalah rahmat, selama tidak beda aqidah dan tidak merusak aqidah bertauhid hanya kepada Allah yang Satu. Ikhtilafu Ummati Rahmatun, itu kata Rasulullah. Tapi bukan berbeda dalam Aqidah.

Isu Wahabi sebenarnya justru dilontarkan oleh mereka-mereka yang menganut pahal Liberalisme, Sekulerisme dan Pluralisme serta Syiah Indonesia. Isu itu pun makin membesar setelah dicanangkannya Islam Nusantara yang digagas oleh pemerintah Indonesia saat ini. Tujuannya apa? agar aksi-aksi yang mereka berjalan lancar dan tidak diprotes banyak orang karena sibuk dengan Wahabi.

Yang lebih berbahaya dari isu Wahabi saat ini adalah pendangkalan Aqidah dengan munculnya paham-paham Liberal dan anteknya. Masih ingat kasus arti Teuku Wisnu yang di TV tentang Basmallah untuk mayit? Lihat bagaimana media membesar-besarkan berita tersebut. Padahal yang dikatakan adalah masalah khilafiyah, furu'iyah (ulama berbeda pendapat) dan Teuku Wisnu sendiri sudah meminta maaf untuk hal tersebut.Tapi tetap saja muncul banyak pahlawan agama yang seolah-olah dirinya lah yang paling benar.

Intinya, untuk orang-orang yang suka menuduh Wahabi kepada orang lain, tolong tunjukkan kepada saya, siapa Wahabi itu? Dan orang-orang yang merasa diri Wahabi, tolong, jangan suka menyesat-nyesatkan orang lain. Hiduplah damai dalam perbedaan. Harusnya, makin tinggi ilmu seseorang, makin pintar ia menghargai orang lain dan makin rendah diri tanpa menyalah-nyalahkan orang lain.

Jika orang-orang Wahabi mengklaim itu itu bid'ah kemudian Anda mengklaim si fulan atau si fulanah Wahabi, maka apa bedanya Anda dengan mereka?

Dalam Islam, yang haq dan batil itu jelas. Lebih baik Anda-Anda yang tinggi ilmunya menjadi benteng bagi masuknya perusak aqidah sekaliber Liberal, Syiah, Ahmadiyah, Sekuler dan Pluralis bukan malah meributkan yang furu'iyah. Ah, sudahlah, nanti saya dicap Wahabi pulak...

Sekian postingan kali ini. Moga bermanfaat yaaa....ingat, Perbedaan adalah rahmat selama tidak berbeda dalam Aqidah. Mereka yang tidak menerima perbedaan dalam satu aqidah akan sama seperti mereka yang dibedakan. Baca juga: Ini Dia Program-Program Islam Liberal di Indonesia


Advertiser