5 dari 10
orang mengalami kenaikan berat badan setelah bulan Ramadhan. Ini dikarenakan
tidak menjalankan puasa seperti yang disyaratkan dan dianjurkan oleh
rasulullah, akhirnya yang terjadi, sering tidur-tiduran, malas-malasan dan
ujung-ujungnya penyakitan. Ada beberapa
hal yang mengakibatkan ini terjadi, diantaranya:
Budaya balas dendam.
Kekosongan diperut yang terjadi selama setengah hari
membuat banyak orang berlomba-lomba mengumpulkan makanan yang akan disantap
ketika saat berbuka tiba, maka tak ayal berjamurlah pedagang musiman yang
menjajakan makanan menggiurkan. Semua menu yang tersedia
dibeli untuk persiapan berbuka di rumah, kalau tidak membeli, beragam menu juga dimasak dirumah. Begitu beduk atau sirene berbunyi semua makanan disantap, awalnya tidak habis karena kelelahan dan kekenyangan, tapi akhirnya dilanjutkan ketika malam. Intinya, balas dendam pun terjadi. Apalagi bagi mereka yang melewatkan kesempatan sahur, pasti akan makan lebih untuk memuaskan nafsu makannya.
dibeli untuk persiapan berbuka di rumah, kalau tidak membeli, beragam menu juga dimasak dirumah. Begitu beduk atau sirene berbunyi semua makanan disantap, awalnya tidak habis karena kelelahan dan kekenyangan, tapi akhirnya dilanjutkan ketika malam. Intinya, balas dendam pun terjadi. Apalagi bagi mereka yang melewatkan kesempatan sahur, pasti akan makan lebih untuk memuaskan nafsu makannya.
Takut Lapar
Kondisi ini terjadi saat waktu sahur tiba, biasanya
seseorang akan makan banyak supaya tidak kelaparan sepanjang hari. Tapi apa
yang terjadi? Setelah sahur langsung ngantukan, hal ini disebabkan makanan yang
dimasukkan ke tubuh kebanyakan karbohidrat berupa nasi dan sebagainya.
Nauzubillah kalau shalat subuh terlewatkan. Sepanjang hari ternyata orang yang
makan lebih ketika sahur juga masih merasakan kelaparan bahkan lebih lapar dari
mereaka yang sahur dengan menu sederhana dan sehat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung gula, sehingga pangkreas kita
dipaksa untuk mengeluarka insulin dalam jumlah yang berlebih guna menekan kadar
gula, akibatnya, kita akan gampang terasa lapar dan akan makan berlebih lagi
ketika waktu berbuka tiba.
Malas bergerak
Banyak kita temukan orang tidur-tiduran ketika bulan puasa,
malas-malas. Sebenarnya ini adalah akibat dari tidak sahur dan sahur tidak
benar. Tidur itukan ibadah, itu jawaban mereka. Sama sekali ini tak pernah di
ajarkan oleh Rasulullah, coba kita lihat kebelakang, dizaman rasulullah, banyak
perperangan yang dimenangkan kaum muslimin justru di bulan puasa. Benar tidur
dibulan Ramadhan adalah ibadah, tapi jangan disalah artikan sehingga dari sahur
sampai berbuka tidur. Pengertian ini
dimaksudkan bahwa kalau tidur saja dibulan Ramadhan menjadi ibadah, apalagi
beraktivitas. kurangnya aktivitas dibulan Ramadhan membuat pembakaran kalori
dalam tubuh tidak maksimal sehingga membuat timbunan lemak dalam tubuh.
Kebanyakan
makan manis-manis saat berbuka
Dari Anas bin Malik ia berkata : Adalah Rasulullah
berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat
Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada
kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak
mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan yang
manis-manis?Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate).
Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang
biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana
(simple carbohydrate).
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang
manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi kebiasaan umum di masyarakat,
seakan-akan berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah sunnah
Nabi. Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan
manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak
kesehatan.
Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis.
Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah,
sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam
kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa manisan kurma, bukan lagi kurma
segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat
kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita
menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak
kesehatan?
Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma,
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan
gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen,
perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis,
kadar gula darah akan melonjak naik drastis. Akhirnya pangkreas dipaksa
mengeluarkan insulin untuk menekan gula dalam darah. Sehingga kita akan makan
terus-terusan meskipun dengan sedikit makan kita sudah kenyang. Inilah yang
membuat kita akhirnya mengantuk ketika shalat tarawih bahkan malas untuk shalat
tarawih. Dan setelah tarawih, kita akan terpancing untuk makan lagi. Inilah
sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa justru lemaknya bertambah di
daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan,
pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin,
melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak,padahal otot
sedang mengecil karena puasa.
Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah
makin terlihat seperti buah pir dan buah apel, penuh lemak di daerah pinggang.
Karena paham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis
adalah sunnahÃ, maka puasa bukannya malah menyehatkan kita. Banyak orang di
bulan puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena
kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya rajin puasa
= rajin berbuka dengan gula.
Berbukalah dengan yang manis-manis itu adalah
kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa atas hadits tentang berbuka di atas.
Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa (disunahkan) berbuka
harus dengan yang manis-manis. Pada akhirnya kesimpulan ini menjadi paham dan
memunculkan budaya berbuka puasa yang keliru di tengah masyarakat. Yang jelas,
berbukalah dengan yang manis itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak
sekali perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan. Anda tahu itu kenapa? Ya, supaya
penjualan mereka meningkat. Masalah kesehatan Anda? Itu urusan Anda.
Maka untuk menanggulangi ini semua, berikut beberapa
solusinya:
1.
Tidak berlebihan saat
berbuka, berbukalah dengan kurma dan air putih atau Makanlah secukupnya.
2.
Kurangi santan, makanan
berlemak, gorengan dan makanan yang berlemak dan berkalori tinggi lainnya.
3.
Jangan jadikan saat berbuka
puasa sebagai ajang balas dendam, tetap kontrol pola makan dengan perbanyak
sayur dan buah.
4.
Tetap berolahraga meski
sedang puasa, setidaknya setelah subuh dan 30 menjelang buka puasa. Olahraga
yang disarankan adalah jalan kaki, bersepeda atau olahraga ringan lainnya
5.
Perbanyaklah minum air
putih.