Ada beberapa hal yang mengakibatkan ini terjadi,
diantaranya:
Budaya balas dendam.
Kekosongan diperut yang terjadi selama setengah hari membuat
banyak orang berlomba-lomba mengumpulkan makanan yang akan disantap ketika saat
berbuka tiba, maka tak ayal berjamurlah pedagang musiman yang menjajakan makanan
menggiurkan. Semua menu yang tersedia dibeli untuk persiapan berbuka di rumah,
kalau tidak membeli, beragam
menu juga dimasak dirumah. Begitu beduk atau sirene berbunyi semua makanan disantap, awalnya tidak habis karena kelelahan dan kekenyangan, tapi akhirnya dilanjutkan ketika malam. Intinya, balas dendam pun terjadi. Apalagi bagi mereka yang melewatkan kesempatan sahur, pasti akan makan lebih untuk memuaskan nafsu makannya.
menu juga dimasak dirumah. Begitu beduk atau sirene berbunyi semua makanan disantap, awalnya tidak habis karena kelelahan dan kekenyangan, tapi akhirnya dilanjutkan ketika malam. Intinya, balas dendam pun terjadi. Apalagi bagi mereka yang melewatkan kesempatan sahur, pasti akan makan lebih untuk memuaskan nafsu makannya.
Takut Lapar
Kondisi ini terjadi saat waktu sahur tiba, biasanya
seseorang akan makan banyak supaya tidak kelaparan sepanjang hari. Tapi apa
yang terjadi? Setelah sahur langsung ngantukan, hal ini disebabkan makanan yang
dimasukkan ke tubuh kebanyakan karbohidrat berupa nasi dan sebagainya.
Nauzubillah kalau shalat subuh terlewatkan. Sepanjang hari ternyata orang yang
makan lebih ketika sahur juga masih merasakan kelaparan bahkan lebih lapar dari
mereaka yang sahur dengan menu sederhana dan sehat. Hal ini disebabkan karena
makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung gula, sehingga pangkreas kita
dipaksa untuk mengeluarka insulin dalam jumlah yang berlebih guna menekan kadar
gula, akibatnya, kita akan gampang terasa lapar dan akan makan berlebih lagi
ketika waktu berbuka tiba.
Malas bergerak
Banyak kita temukan orang tidur-tiduran ketika bulan puasa,
malas-malas. Sebenarnya ini adalah akibat dari tidak sahur dan sahur tidak
benar. Tidur itukan ibadah, itu jawaban mereka. Sama sekali ini tak pernah di
ajarkan oleh Rasulullah, coba kita lihat kebelakang, dizaman rasulullah, banyak
perperangan yang dimenangkan kaum muslimin justru di bulan puasa. Benar tidur
dibulan Ramadhan adalah ibadah, tapi jangan disalah artikan sehingga dari sahur
sampai berbuka tidur. Pengertian ini
dimaksudkan bahwa kalau tidur saja dibulan Ramadhan menjadi ibadah, apalagi
beraktivitas. kurangnya aktivitas dibulan Ramadhan membuat pembakaran kalori
dalam tubuh tidak maksimal sehingga membuat timbunan lemak dalam tubuh.
Kebanyakan makan manis-manis saat berbuka
Dari Anas bin Malik ia berkata : Adalah Rasulullah berbuka
dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab,
maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma
kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nah, Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat
kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan yang
manis-manis?Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate).
Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang
biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana
(simple carbohydrate).
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis?
Tidak jelas. Malah berkembang jadi kebiasaan umum di masyarakat, seakan-akan
berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah sunnah Nabi.
Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan
manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak
kesehatan.
Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma
segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah,
sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam
kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa manisan kurma, bukan lagi kurma
segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat
kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa
manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak
kesehatan?
Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma,
sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan
gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen,
perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis,
kadar gula darah akan melonjak naik drastis. Akhirnya pangkreas dipaksa
mengeluarkan insulin untuk menekan gula dalam darah. Sehingga kita akan makan
terus-terusan meskipun dengan sedikit makan kita sudah kenyang. Inilah yang
membuat kita akhirnya mengantuk ketika shalat tarawih bahkan malas untuk shalat
tarawih. Dan setelah tarawih, kita akan terpancing untuk makan lagi. Inilah
sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa justru lemaknya bertambah di
daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan,
pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin,
melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak,padahal otot
sedang mengecil karena puasa.
Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin
terlihat seperti buah pir dan buah apel, penuh lemak di daerah pinggang. Karena
paham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah
sunnahÃ, maka puasa bukannya malah menyehatkan kita. Banyak orang di bulan
puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena
kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya rajin puasa
= rajin berbuka dengan gula.
Berbukalah dengan yang manis-manis itu adalah kesimpulan
yang terlalu tergesa-gesa atas hadits tentang berbuka di atas. Karena kurma
rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa (disunahkan) berbuka harus dengan
yang manis-manis. Pada akhirnya kesimpulan ini menjadi paham dan memunculkan
budaya berbuka puasa yang keliru di tengah masyarakat. Yang jelas, berbukalah
dengan yang manis itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali
perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan. Anda tahu itu kenapa? Ya, supaya
penjualan mereka meningkat. Masalah kesehatan Anda? Itu urusan Anda.
Maka untuk menanggulangi ini semua, berikut beberapa
solusinya:
1.
Tidak berlebihan saat
berbuka, berbukalah dengan kurma dan air putih atau Makanlah secukupnya.
2.
Kurangi santan, makanan
berlemak, gorengan dan makanan yang berlemak dan berkalori tinggi lainnya.
3.
Jangan jadikan saat berbuka
puasa sebagai ajang balas dendam, tetap kontrol pola makan dengan perbanyak
sayur dan buah.
4.
Tetap berolahraga meski
sedang puasa, setidaknya setelah subuh dan 30 menjelang buka puasa. Olahraga
yang disarankan adalah jalan kaki, bersepeda atau olahraga ringan lainnya
5.
Perbanyaklah minum air
putih.
SSolusi terbaik selama Ramadhan: